Monday 31 December 2012

Tulisan Akhir Tahun: Why I Love Movies?


Kenapa dan bagaimana adalah 2 kata tanya yang membawa kita ke garis besar artikel saya ini. Film sendiri adalah sebuah media yang tak bisa lepas dari keseharian, tentu saja buat para penikmat film, karena lewat film-lah kita bisa sejenak melepaskan penat dan rasa lelah dari rutinitas sehari-hari. Kembali ke tahun 1997, dimana saya pertama kalinya menonton film (sejauh yang saya ingat). Media berupa gambar gerak berjudul Aladdin menjadi teman sarapan saya kala itu. Ya, menikmati semangkuk sereal sambil menikmati sebuah film yang bahkan yang saat itu saya tidak ketahui judulnya.

Semenjak hari itu, saya mulai mengenal film sebagai sebuah hiburan yang bersifat 'nagih'. Bayangkan saja, saya yang waktu itu masih berusia 5-6 tahun selalu meminta ke orang tua untuk diputarkan film animasi tiap hari Minggu pagi. Toy Story, Lion King, Balto, hingga James and the Giant Peach tak bosan-bosannya saya tonton. Hingga seiring bertambahnya umur, genre film yang saya tonton pun mulai berubah. Saga Harry Potter dan Lord of The Rings menemani masa remaja saya, sementara film-film 'langganan' Oscar mulai menjejali pikiran saya waktu SMA.

Mulai di bangku SMA inilah saya merasa bahwa film telah menjadi hobi dan sesuatu yang (hampir) wajib. Sehari satu film. Ya, di luar masa ujian, tak lengkap rasanya jika sehari saja tak menonton film. Teman dan kerabat saya pun bertanya mengapa saya begitu 'kecanduan' akan film. Jawabannya cuma satu, film sudah jadi teman baik saya. Sekilas terdengar delusional, tapi begitulah kenyataannya. Film-lah yang menemani saya sewaktu terbaring sakit di kamar tidur, film jugalah yang menjadi teman sewaktu saya membutuhkan mood-boster. Rom com, adventure, drama, action, horror, hingga animation movies, apapun saya tonton selagi ada waktu luang.

Berbagai media juga menjadi wadah alias tempat buat menyalurkan hobi nonton film ini. Mulai dari bioskop, home theater, DVD, film-film yang tayang di channel TV swasta, hingga laser-disc di era 90-an adalah media-media tersebut. Sayangya hingga sekarang saya belum merasakan bagaimana menonton film di IMAX karena keterbatasan waktu dan jarak. Bioskop sendiri seolah menjadi 'comfort place' bagi saya karena begitu masuk ke dalam studio, urusan dari 'dunia luar' seolah lepas dari dalam kepala. Yang ada hanya keinginan untuk menikmati jalan cerita film yang akan saya tonton dan syukur-syukur mendapat bonus berupa sinematografi memanjakan mata.

Film menghadirkan esensi berupa gambar bergerak yang mempunyai pesan moral yang disematkan di dalamnya. Tak jarang pesan moral yang ada mengilhami penonton untuk menyadari pentingnya berbagai hal di kehidupan dan menunjukkan bahwa film adalah media yang tepat untuk menyampaikannya. Di sinilah aspek kenapa saya menyukai film, yaitu film mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan berbagai pesan kepada penontonnya, baik lewat audio visual, dialog, hingga jalan cerita yang dibangun.

Selain itu, film juga mengajak penonton untuk 'berwisata' ke berbagai negara maupun dunia fantasi secara cuma-cuma lewat gambar yang ada. Masih terbesit dalam benak saya waktu menonton Life of Pi, bahwa film bisa juga ditampilkan dengan sangat indah hingga membuat mata ini seolah diguyur dengan kebahagiaan.

Terakhir, saya bersyukur karena lewat hobi ini saya bisa berkenalan dengan teman-teman sesama penggila film di luar sana, terutama lewat grup Cinemags yang telah saya 'huni' sekitar 3 tahun terakhir. Lewat mereka saya jadi lebih mengenal dunia film, saling bertukar pikiran, hingga sekedar bercanda satu sama lain.

Saya kagum melihat bagaimana Aron Ralston bertahan hidup di 127 Hours. 
Saya suka ketika Morgan Freeman menjadi Tuhan di Bruce Almighty, sungguh berkharisma. 
Saya suka warna rambut Ramona Flowers.
Saya tersenyum sewaktu Eduardo Saverin membanting laptop di The Social Network. 
Saya suka melihat sinisnya senyum Michael Corleone.
Saya ikut bernyanyi sewaktu Ellen Page dan Michael Cera bernyanyi di ending film Juno. 
Saya hampir menangis melihat Andy bermain dengan mainannya di Toy Story 3.
Saya merinding sewaktu Sadako keluar dari layar televisi.
Saya suka melihat Tom Cruise menjadi 'gila' di Tropic Thunder.
Saya kagum melihat bagaimana akting Al Pacino di Taxi Driver sungguh alami.
Saya tertawa sewaktu Summer dan Tom berteriak "Peeennnn****sss!!"
Saya jatuh cinta melihat Emma Stone begitu 'judes' di Zombieland.
Saya selalu suka melihat chemistry Simon Pegg dan Nick Frost.
Saya suka dengan elemen kejutan di opening Children of Men.
Saya suka tiap mendapati aspek menarik di sebuah film.


Why I love movies? Because movies accompany me in last 15 years. Why I love movies? Because movies teach a lot of the meaning of life for me. Why I love movies? Because that's my fate.

----------------------------------------------------------------------------------

Artikel ini merupakan bagian dari proyek sesama penggemar film yang tergabung di grup Cinemags dengan tema serupa, yaitu 'Why I Love Movies?'. Berikut ini adalah daftar blog mereka:

No comments:

Post a Comment